Sabtu, 06 Februari 2010

Tentang Mimpi

all........ about Mimpii

Istilah mimpi tentu menjadi tidak asing bagi kita. Pembahasan tentang mimpi telah berlangsung dari zaman ke zaman sejak adanya manusia. Freud menyatakan bahwa mimpi adalah sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia, dimana emosi atau perasaan-perasaan yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan secara sehat lewat mimpi. Mimpi yang oleh banyak peneliti disebut sebagai sleep mentation, mempunyai hubungan erat dengan emosi. Dikatakan bahwa kualitas mimpi dipengaruhi oleh keadaan emosi sebelum tidur. Seseorang yang sedang cemas, sering kali mengalami mimpi yang menyeramkan hingga mengganggu proses tidur (www.sleepclinicjakarta.tblog.com).

Mimpi disebabkan oleh proses biologis internal dalam tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sel otak besar pada bagian belakang otak secara periodik pecah dalam selang waktu sekitar 90 menit, dan mengirimkan rangsangan (stimuli) yang bersifat acak (random) ke bagian korteks (cortex) pada otak. Sebagai akibatnya, bagian memori, sensorik, kontrol saraf, dan kesadaran pada otak terstimulasi secara acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian korteks pada otak. Menurut penelitian ini, proses diatas mengakibatkan kita mengalami apa yang kita sebut sebagai mimpi (www.medterms.com).

Aktivitas mimpi berhubungan pula dengan tahapan tidur seperti pada pembahasan diawal. Tahapan tidur REM (Rapid Eye Movement) merupakan tahapan tidur dengan disertai mimpi. Pendapat ini bisa dikatakan lebih ilmiah karena aktivitas tidur REM yang ditandai dengan gerakan mata cepat dapat diukur dengan alat tertentu. Alat ini dapat mengukur gelombang otak yang kemudian menggolongkan keadaan tidur berada dalam tahap yang mana.

Penelaahan tentang mimpi tidak terlepas dari pandangan-pandangan traditional menurut kepercayaan masyarakat tertentu. Sebagai contoh masyarakat jawa yang percaya bahwa mimpi adalah sebuah simbolisasi atau pertanda akan suatu kejadian. Beberapa orang bahkan sangat percaya pada mimpi dan menafsirkannya dan memaknai mimpi berdasarkan waktu terjadinya mimpi tersebut. Ada juga yang berada pada tahap ragu-ragu yaitu antara percaya dan tidak akan makna simbolisasi dalam mimpi. Dan ada juga yang menolak dengan tegas adanya penafsirkan mimpi atau pemberian makna sehingga menyatakan bahwa mimpi sebatas ”bunga tidur”. Proses mimpi juga berbeda-beda ada yang menyatakan mimpinya satu episode utuh, ada yang mimpinya berganti-ganti, ada yang masih dengan jelas mengingat mimpi pada waktu bangun dan ada pula yang tidak ingat apa-apa lagi tentang mimpinya. Demikian pula penjelasan tentang istilah mimpi pun masih belum bisa diterima secara global oleh semua orang.

Pembahasan tentang mimpi yang akan dikemukakan berasal dari empat orang responden yang bersedia untuk diwawancarai. Pembahasan mengarah pada aktivitas mimpi sehari-hari serta pendapat mereka tentang mimpi atau terjadinya mimpi. Responden pertama menyatakan jarang mengalami mimpi tetapi bila bermimpi biasanya satu episode penuh dan dapat mengingat mimpinya ketika bangun. Responden kedua mengaku mengalami mimpi yang berganti-ganti dan kadang satu episode tetapi tidak dapat mengingat pada waktu bangun. Responden ketiga sama halnya dengan responden pertama jarang mimpi dan mimpi dalam satu episode. Sedangkan responden keempat sering kali memaknai mimpi-mimpi yang dialami.

Pembahasan aktivitas mimpi responden pertama dan ketiga dimana responden jarang mengalami mimpi dan ketika bermimpi lebih sering satu episode yang kemudian dapat diingat ketika terbangun. Responden pertama mengatakan mimpi terjadi waktu dia harus bangun dalam artian pada waktu menjelang pagi. Responden ketiga tidak memberikan gambaran waktu kapan dia bermimpi. Salah satu responden mengaku maengalami mimpi ketika sedang dalam keadaan capek bekerja. Sedangkan responden satu lagi tidak dapat mendeteksi dalam keadaan apa dia bermimpi. Gambaran mimpi yang dialami biasanya berkisar dengan kejadian sehari-hari atau sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Kedua responden tadi menyatakan bahwa mimpi sebatas aktivitas mental yang tidak berarti, tetapi tidak dapat mengemukakan pendapat mereka tentang proses mimpi.

Responden kedua yang mengalami mimpi berganti-ganti dan intensitas sering. Menurut pendapat freud mimpi yang berganti-ganti menunjukkan kegelisahan akan suatu hal karena mimpi merupakan manifestasi alam bawah sadar. Akan tetapi responden kedua lebih setuju dengan pendapat bahwa mimpi merupakan aktivitas otak pada waktu tidur REM. Tahap tidur ini adalah tahap tidur paling awal sebelum delta dan alfa (tidur nyenyak). Kemungkinan responden kedua seringkali berada pada tahap tidur REM dimana belum mampu mengalami tidur alfa sehingga sering mengalami mimpi.

Responden selanjutnya bisa dikatakan unik daripada ketiga responden yang lain. Mimpi yang dialami seringkali dimaknai atau ditafsirkan sebagai simbol-simbol keadaan tertentu. Dia menggunakan pemaknaan mimpi secara tradisional dan membagi tahapan mimpi menjadi 3 menurut waktu terjadi dan kekuatan makna mimpi yang meningkat semakin pagi wakunya yaitu titiyoni (20.00-23.00), gandayoni (23.00-02.00), dan puspotajem (02.00- 04.00). Pemaknaan secara simbolisasi yang dikemukakannya tentu tidak secara global dipercaya oleh responden tersebut. Dia menyatakan bahwa mimpi memiliki kekuatan sugesti, itulah yang lebih penting. Ketika seseorang bermimpi dan mempercayai mimpinya, maka lingkungan akan mengarahkan.

Berdasar aktivitas-aktivitas mimpi tersebut, dapat dikatakan bahwa mimpi yang dialami oleh seseorang berbeda-beda dalam penampilannya. Ada yang bisa bermimpi secara utuh ada pula yang bermimpi secara berganti-ganti. Secara intensitas ada yang sering mengalami mimpi dapat dihubungkan dengan aktivitas tidur REM dan bagi mereka yang jarang mimpi dapat dikatakan sudah mampu mencapai tidur delta atau alfa (tidur nyenyak).

Sumber: http://luhmeategawati.blogspot.com/2009/01/all-about-mimpii.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar